-O Henry
I. Nasib
dompet telah menghimpit kebutuhan kita
Sayang,
namun cinta kita tetap terbuka
Walau
itu penuh atau hampa sedalam luka-luka
Kehidupan
kita, laksana sepasang lumba-lumba yang telah
Melayang
dan tenggelam dalam lautan kehidupan
Aku
sering tersedu-sedu dihadapan cermin
Yang
buram oleh airmata yang jatuh, lesap dalam
lantai
kayu apartmen kita, namun pada akhirnya
Telah
aku rajutkan natal kita sayang
Dengan
untaian rambutku yang sering kau belai
Kita
gantungkan mimpi dan harapan meski diterpa
Angin
yang masuk lewat celah-celah jendela
Melewati
cangkir kopi yng menunggumu pulang
II.
Detik derita telah kita lalui
bersama arloji itu, sayang
Kita tak perlu lagi detik cinta yang mesti
menghitung
Kasih kita, barangkali cuma perlu diikat oleh
sebuah
Rantai emas yang kau beli lalu kita gantungkan
pada
Tepi jendela, hingga musim dapat mengujinya
dengan
Seksama, seraya kau menyisiri benih-benih
keraguan
Dari rambutmu, meski sudah kuingatkan kau,
cinta kita
Tidak harus terurai seperti rambutmu, atau
senyata airmata
Yang jatuh saat kau bercermin, cinta kita,
sayang
Akan menyambut denting terakhir lonceng hari
natal
Oktober, 2014
0 comments:
Post a Comment